Hingga 40% pasien stroke tidak dapat mengindentifikasi gejala awal yang menyerang tubuh mereka atau mengenali faktor risiko yang sebenarnya bisa menyelamatkan nyawa. Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga. Setiap tiga menit, seseorang meninggal dunia karena stroke. Sementara kejadian stroke terjadi setiap 45 detik. Berarti 750.000 kejadian stroke per tahun, menurut Neurolog dari Rush University Medical Center, Dr Sayona John seperti dilansir dalam news.medill.northwestern.edu. “Sayangnya kewaspadaan publik terhadap stroke sangat rendah. Pengetahuan tentang ini bahkan lebih rendah pada orang berusia lanjut, terutama kaum wanita dan minoritas. Mereka tidak memahami tindakan yang perlu dilakukan ketika seseorang mengalami stroke,” ujarnya. Stroke dapat muncul dalam berbagai bentuk. Stroke ischemic disebabkan penyumbatan pembuluh darah. Sementara itu serangan hemorrhagic disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah. Gejala-gejala yang perlu diperhatikan dari stroke adalah lumpuh mendadak, wajah tampak turun di salah satu sisi, kesulitan berbicara, kebutaan, mati rasa, pandangan kabur, tampak gerakan yang tidak nyata, kesulitan untuk seimbang hingga hilang kesadaran. “Seiring dengan pertambahan usia, risiko seseorang untuk terkena stroke semakin tinggi. Pria lebih berisiko terkena stroke dibandingkan wanita,” jelas Sayona. Sementara itu, Neurolog dari Rush University Medical Center Dr Richard E. Temes mengatakan, stroke sangat mungkin terjadi kapan saja. Yang perlu diingat adalah stroke sangat mungkin dicegah. Salah satu penanda yang paling mudah dikenali saat seseorang akan terkena stroke adalah penyumbatan pembuluh darah sementara atau disebut transient ischemic attack (TIA). Sekitar 15%-20% dari pasien yang mengalami stroke terlebih dulu mengalami TIA. “Gejala-gejalnya sama dengan saat seseorang mengalami stroke, hanya saja tidak berlangsung lama,” terangnya. Saat seseorang sadar dia mengalami TIA, lanjut Richard, maka sebaiknya mencari pertolongan medis secepatnya untuk mencegah serangan stroke yang sebenarnya. Faktor risiko yang mempertinggi kemungkinan stroke sangat mungkin dikontrol seperti tekanan darah tinggi, kebiasaan merokok, kolesterol tinggi dan obesitas, perubahan detak jantung, diabetes dan berbagai penyakit lainnya. “Anda bisa berhenti merokok, mencoba pengobatan dan mengontrol pola makan. Namun yang paling penting adalah mencoba mengatur tekanan darah Anda,” tutur Sayona. Untuk pengobatan darurat pada saat stroke dapat digunakan sejenis obat yang disebut tPA yang dimasukkan melalui urat. “Anda akan pulih 60-70 & lebih cepat jika saat terjadi stroke diberikan pengobatan itu,” ujar Sayona. Namun, tPA juga hanya efektif jika diberikan pada tiga jam pertama terjadi stroke. Jika diberikan setelah itu, justru obat tersebut dapat meningkatkan risiko pendarahan otak. Jika pasien sampai di rumah sakit sekitar enam hingga delapan jam setelah terjadinya stroke, pengobatan masih dapat dilakukan melalui kateter melalui pembuluh darah dan pembekuan pada otak. “Sangat penting untuk mengetahui tanda serta gejala stroke dan membawa orang yang terkena stroke ke ruang gawat darurat sesegera mungkin,” tegasnya.