Aksi Mahasiswa Kesehatan Masyrakat pada saat Hari Aids

Di depan mall Lembuswana Samarinda, Kaltim

Keluarga yang sehat adalah keluarga yang bahagia

Jagalah Kesehatan diri dan Keluarga

Olahraga membuat hidup lebih sehat

Budayakanlah hidup sehat dengan teratur berolahraga

Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 21 Mei 2013

Efek Radiasi HP Bagi Kesehatan

Di zaman yang canggih dan penuh dengan teknologi ini, hampir setiap orang memiliki telepon seluler alias ponsel atau HP, dan hingga kini penggunaan HP terus meningkat pesat. Pada masyarakat modern, HP sudah menjadi sebuah kebutuhan primer, ibarat makanan dan minuman. Namun tak banyak yang mengerti, ternyata penggunaan HP itu sendiri menimbulkan radiasi yang cukup berbahaya bagi kesehatan tubuh dan lingkungan.

Dr. Eka Putra Setiawan, Sp.T.H.T dari bagian Divisi Otologi RS Sanglah mengatakan telepon gengam diciptakan untuk memudahkan manusia berkomunikasi. Namun, kata lelaki kelahiran 15 Juni 1961 ini, banyak efek samping dari penggunaan handphone yang salah. Hal ini berkaitan dengan volume suara dan jarak dengar.

"Semakin HP ditempelkan ke telinga, maka semakin melekat mengenai liang telinga. Efeknya semakin besar yang menyebabkan terjadi peningkatan bunyi atau resonansi, " ujar spesialis T.H.T. tamatan UGM Yogyakarta ini. Semakin lama menggunakan HP, kata Dokter Eka, maka semakin lama bunyi bising yang menyebabkan kelelahan otot. "Menggunakan HP hendaknya bergantian pada telinga kanan dan kiri. Sama halnya dengan olahraga berjalan atau lari. Semakin jauh akan terasa capek dan otot pegal. Ada masanya untuk istirahat bagi otot pendengaran," ujarnya.

Selain itu, lanjut Dokter Eka, perlu diwaspadai efek samping gelombang elektromagnetik yang dipancarkan HP. Radiasi telepon gengam berakibat buruk terhadap tubuh manusia. Ia menyebutkan radiasi HP memancarkan 215 kali perdetik masuk ke sel-sel otak mengenai DNA dalam sel. Tiap HP memancarkan 900 Mhz-1800 Mhz. Untungnya, kata Dokter Eka ini, manusia memiliki sawar darah otak yang melindungi paparan radiasi ini. Jika memungkinkan sebaiknya gunakan peralatan hands-free untuk mendengarkan suara lewat HP. Anak-anak usia dibawah 8 tahun sangat rentan terhadap pancaran radiasi ini, sehingga sangat disarankan belum waktunya menggunakan HP.

Ia menyarankan malam hari sebaiknya HP dimatikan. Jika tetap menyala, sebaiknya diletakkan di luar kamar tidur, agar gelombang elektromagnetik tidak menyerang organ otak manusia. Lapisi HP dengan aluminium agar memroteksi gelombang elektromagnetik. "Efek samping yang ditimbulkan gelombang elektromagnetik ini, sulit tidur, pusing, telinga mendenging, dan daya tahan tubuh menurun," jelasnya.

Untuk mencegah radiasi gelombang elektromagnetik kata Dokter Eka, jangan gunakan HP terlalu dekat dengan liang telinga, berikan jarak secukupnya. Untuk batas jarak masih dalam penelitian dokter Eka. Jangan gunakan HP terlalu lama disamping panas yang disebabkan baterai HP, gelombang elektromagnetik juga memberi efek kurang baik. Makan makanan yang mengandung vitamin untuk saraf seperti B1, B6, B 12 yang banyak terkandung pada kacang-kacangan, tahu, tempe, kacang panjang, taoge.

Untuk mengurangi paparan gelombang elektromagnetik, dapat dipilih HP jenis CDMA dengan frekuensi 125 Mhz, karena radiasinya lebih kecil.

Ia menilai kebiasaan mendengarkan musik menggunakan earphone/walkman sudah menjadi trend anak muda. Bahkan tak jarang earphone juga digunakan untuk menerima telepon. "Earphone menempel langsung di liang telinga. Artinya terjadi kelipatgandaan resonansi. Sebagai contoh HP memiliki kebisingan 80 dB (desibel). Jika mengunakan earphone kebisingannya menjadi bertambah 1, 6 kali. Efeknya tentu lebih berat," kata Dokter Eka.

Gejala awal akan muncul keluhan mendenging. Menurut Dokter Eka, saraf di telinga tengah mengeluh memberi respon bahwa adanya gangguan. Jika cepat direspon dengan mengistirahatkan pendengaran, mungkin saja segera dapat pulih kembali. Namun, jika tidak ditangani dengan cepat, maka muncul gangguan pendengaran menetap atau tuli.

Menurutnya ada perbedaan arti mendenging dengan mendengung. Mendenging artinya kebisingan yang mengenai telinga bagian dalam. Jika tidak segera ditangani akibatnya tuli. Sementara mendengung hanya mengenai telinga luar yakni tertutupnya saluran tuba eustakhius karena perubahan tekanan.

Salah satu kasus dampak negatif earphone dituturkan Dokter Eka. Seorang perempuan melakukan perjalanan dari Bangkok ke Jakarta. Dalam pesawat ia mengunakan earphonedari Bangkok hingga tiba di Jakarta selama 3 jam perjalanan. Setibanya di bandara Sukarno Hatta, ia melepas earphone-nya, namun ia tidak dapat mendengar suara. Malah hanya terdengar suara mendenging. Akhirnya dengan terpaksa ia harus menjalani rawat inap selama tiga hari di RS THT Jakarta.

Akhirnya kondisi pendengarannya mulai membaik, namun sayang fungsi pendengarannya tidaklah sebagus sebelumnya. "Ada ketentuan jika tingkat kebisingan lebih dari 100 dB, tidak boleh terpapar lebih dari 2 jam. Lebih dari itu, genderang telinga rusak. Inilah yang dialami gadis itu," jelasnya.

Kebisingan suara mempunyai satuan dB. Batas kebisingan normal adalah 85 dB. Lebih dari itu sudah tergolong bising yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Beberapa contoh penelitian dikutip Dokter Eka seperti kebisingan Jalan Diponegoro Denpasar 80 dB, musik rock 100 dB, suara pesawat dan helikopter 120 dB.

"Suara yang masuk ke telinga ditahan otot-otot kecil di telinga tengah yang memegang genderang telinga, agar tidak bergetar terlalu keras. Kalau ini lolos, dan otot lelah ia akan masuk ke telinga dalam yang mengakibatkan rusaknya sel rambut di dalam telinga dalam yang merupakan organ pendengaran," jelasnya.

Untuk meredam kebisingan, hal yang penting dilakukan adalah mengistirahatkan pendengaran. Dokter Eka sudah melakukan penelitian tentang jam kerja yang baik yakni 6 jam perhari selama 5 hari mulai hari Senin hingga Jumat, dan libur dua hari yakni Sabtu dan Minggu.

Ia menyarankan sepulang bekerja pada malam hari sebaiknya istirahatkan pendengaran. "Jangan lagi menonton TV atau mendengarkan musik. Gunakan hari Sabtu dan Minggu untuk mengistirahatkan pendengaran sehingga hari Senin siap beraktivitas lagi," sarannya.

Pengobatan gangguan pendengaran kata Dokter Eka, disebut periode emas yakni batas waktu tuli dengan pengobatan. Artinya, makin cepat diobati makin baik sehingga tingkat kesembuhannya semakin besar.

Pengobatannya juga tidak mudah karena harus menjalani rawat inap. "Bagian telinga dalam hanya dilalui satu pembuluh darah. Kalau terkena kebisingan pembuluh darah menjadi stres dan menguncup, sehingga telinga dalam tidak ada suplai makanan sehingga obat harus dimasukkan lewat infus. Ini hanya bisa dilakukan dengan rawat inap di RS," ungkap Dokter Eka.

Menurut Dr Imre Fejes, juru bicara tim peneliti konsrnetrasi dan kulaitas sperma pada pria yang terkena radiasi telepon genggam berkepanjangan lebih buruk ketimbang sperma pada pria yang jarang menenteng-nenteng telepon seluler. Penemuan baru saat ini menunjukkan bahwa gelombang radio yang dipancarkan HP bias nerusak struktur DNA manusia.

Penelitian ini dilakukan oleh 12 lembaga reset, 7 diantaranya ada di Eropa selama 4 tahun. 1996, Universitas of Washington, Seattle menemukan bahwa EMR dalam bentuk energi gelombang radio rendah terbukt bias merusak DNA. Kelompok risetb Jerman, Verum mencoba mempelajari efek radiai HP terhadap sel-sel tubuh manusia. Hasilnya sel-sel tubuh yang terkena paparan gelombang elektromagnetik seperti pada HP mengalami kerusakan yang signifikan. Bahkan mutasi sel-sel ini bisa menjadi penyebab timbulnya kanker. Pancaran radiasi yang digunakan dalam penelitian berada pada level 0,3-2 watt/kg, sementara pada HP memancarkan sinyal radio atau SAR (Spesifik Absortion Rate) yang berada pada level 2 watt/kg. Beberapa akibat buruk yang biasa terjadi pada tubuh manusia menurut sejumlah penelitian antara lain meningkatkan resiko terkena tumor telinga , kanker otak, berpengaruh buruk pada jaringan otak, mengakibatkan meningioma, neurioma akustik, acoustic melanoma dan kanker ludah.

Sebenarnya semua handphone yang beredar masih bias dkategorikan "aman" karena tingkat SAR-nya masih dibawah 1,6 watt/kg. Meskipun demikian ada beberapa orang yang merasa agak pusing atau telinganya panas setelah menggunakan handphone-handphone yang dikategorikan "aman" tersebut. Jadi yang betul-betul aman (bukan sekedar aman saja) adalah tingkat radasinya dibawah 1 watt/kg. Maka dari itu untuk memisahkan yang "aman" dan yang "betul-betul aman", dibuatlah tabel dibawah ini. Untuk lebih jelasnya lihat pengaruh posisi antenna terhadap resiko kanker otak.

Beberapa institusi juga menyatakan bahwa radiasi dari penggunan HP tidak berbahaya. Dan memang radiasi HP tersebut, yang tergolong gelombang RF, tidak cukup berbahaya. Tapi bukan berarti kemungkinan adanya efek samping tidak ada. Radiasi RF pada level tinggi dapat merusak jaringan tubuh. Radiasi RF punya kemampuan untuk memanaskan jaringan tubuh seperti oven microwave memanaskan makanan. Dan radiasi tersebut dapat merusak jaringan tubuh, karena tubuh kita tidak diperlengkapi untuk mengantisipasi sejumlah panas berlebih akibat radiasi RF. Penelitian lain menunjukkan radiasi non-ionisasi (termasuk gelombang RF) menimbulkan efek jangka panjang.

Sungguh tragis mendapati bahwa handphone (HP) yang setiap hari kita pakai ternyata memiliki radiasi yang cukup mematikan dalam jangka panjang kita tidak berhati-hati menggunakannya. Yang juga mengejutkan adalah radiasi HP ternyata juga bias dipakai untuk mematangkan sebutir telur seperti microwave.

Untuk membuktikannya, dibutuhkan:
  • 1 butir telur dan 2 HP. Telur diletakkan di tengah-tengah kedua HP.
  • 65 menit percakapan ke 2 HP tersebut.
  • Buktikan!!! Telur tersebut telah matang dan siap dimakan. Otak kita jg akan menjadi matang bila terus menerus ditempelkan pada HP. Otak dan telur sama-sama mengandung jumlah air dan protein.
  • Mulailah panggilan antara kedua HP selama kurang lebih 65 menit
  • 15 menit tidak terjadi apa-apa
  • Setelah 25 menit telur mulai hangat, setelah 45 menit, buktikan sendiri!
Pada HP terdapat istilah transmitter yang mengubah suara menjadi gelombang sinusoidal kontinu yang kemudian dipancarkan keluar melalui antenna dan gelombang ini berfluktuasi melalui udara. Gelombang RF (radio frequency) inilah yang menimbulkan radiasi elektromagnetik.

Berikut beberapa penyakit dan kelainan yang berpotensi timbul karena radiasi HP:
  1. Kanker
  2. Tumor otak
  3. Alzheimer
  4. Parkinson
  5. Fatigue (terlalu capai)
  6. Sakit kepala
Penelitian yang berbeda menghasilkan hasil yang berbeda. Ada yang menyatakan radiasi HP lebih banyak menyebabkan kanker dan kelainan. Ada yang menyatakan bahwa radiasi HP tidak berhubungan dengan kanker. Terlepas dari mana yang benar atau salah tentu kita sebaiknya perlu untuk bersikap waspada dan mengantisipasi.

Tips Mengurangi Efek Radiasi Ponsel :
  1. Gunakan headset atau headphone nirkabel (wireless) dengan emitor bluetooth berdaya rendah.
    Cara ini menjauhkan pemancar sinyal dari otak di kepala, namun tidak bisa mencegah risiko impotensi selama masih dikantongi di celana. Perangkat bebas genggam nirkabel, misalnya bluetooth juga masih memancarkan radiasinya sendiri meski lebih sedikit.
  2. Usahakan menjauhkan ponsel setidaknya 1 inci/ 2,5 cm dari tubuh Anda.
    Jangan terlalu sering meletakan hp dekat ginjal, jantung dan kantung celana. bila ponsel melekat seharian di tubuh Anda, letakkan dengan layar menghadap ke dalam. Bila tak digunakan sebaiknya taruh di tas atau dompet.
  3. Jangan simpan ponsel di kantong baju atau celana
    Otak bukan satu-satunya organ tubuh manusia yang terpengaruh oleh radiasi ponsel. Untuk mengurangi risiko tersebut, ada baiknya ponsel disimpan di tas kecil yang bisa dijinjng ke mana-mana. Karena, baru-baru ini ilmuwan Hongaria menyimpulkan, pria yang terlalu sering menyimpan handphone-nya di pinggang atau saku celana akan mengalami masalah kesuburan. Juga bebarapa penelitian membuktikan, radiasi bisa mempengaruhi kualitas sperma pria dan meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita.
  4. Bila memungkinkan, gunakan ponsel dalam kondisi sinyal terkuat.
    Semakin lemah sinyal, semakin banyak frekuensi radio yang digunakan agar bisa terhubung.
  5. Kirim SMS saja ketimbang menelepon bila memungkinkan.
    Radiasi SMS lebih rendah ketimbang berbicara. Mengirim SMS juga menjauhkan radiasi dari kepala Anda. Radiasi yang dipancarkan saat berkirim pesan singkat lebih sedikit dibandingkan saat menerima atau melakukan panggilan suara. Selain itu, posisi ponsel saat berkirim pesan berada lebih jauh dari kepala dibandingkan saat telepon.
  6. Jangan simpan ponsel di bawah bantal
    Meski sedang tidak digunakan, ponsel dalam posisi stand by (tetap menyala) masih memancarkan radiasi agar selalu terhubung dengan jaringannya. Meletakkan ponsel di bawah bantal saat tidur akan mendekatkannya dengan kepala sehingga otak akan terpapar radiasi sepanjang malam.
  7. Jauhkan ponsel dari bayi dan jauh dari perut jika Anda tengah hamil.
    Otak janin dan bayi paling rentan terhadap radiasi.
  8. Bacalah petunjuk pengguna untuk mengetahui rincian lebih lanjut dan tindakan pencegahan dari bahaya radiasi.
  9. Kurangi menelpon menggunakan HP dalam gedung.
  10. Kurangi atau jauhkan pemakaian untuk anak-anak.
  11. Gunakan hp yang radiasinya dibawah level kelayakan
  12. Gunakan casing (tutup) antiradiasi
Berbagai produk untuk mengurangi radiasi ponsel banyak ditawarkan di pasaran, mulai dari stiker antiradiasi hingga casing khusus untuk ponsel cerdas yang radiasinya cukup tinggi. Sebuah pengujian independen yang dilakukan majalah Wired menunjukkan, beberapa merek casing antiradiasi mampu mengurangi radiasi hingga 66,7 persen.

Walau demikian, tak perlu kita merasa cemas secara berlebihan. Radiasi yang ditimbulkan oleh ponsel, daya rusaknya tidak sebesar radiasi yang ditimbulkan oleh radioaktif. Tapi, perlu kita pertimbangkan juga bahwa sekecil apapun efek yang kita terima, kalau mengenai secara terus menerus, akan mengakibatkan gangguan yang dahsyat juga nantinya.

(dari berbagai sumber)

Minggu, 19 Mei 2013

Hari-Hari Penting Kesehatan

Berikut ini tanggal/hari penting yang berhubungan dengan kesehatan :
  • 15 Januari Hari Kanker Anak
  • 25 Januari Hari Gizi Nasional
  • 27 Januari Hari Kusta Se-Dunia
  • 4 Februari Hari Kanker Se-Dunia
  • 24 Maret Hari Tubercolusis Se-Dunia
  • 7 April Hari Kesehatan Se-Dunia
  • 8 April Hari Anak-Anak Balita
  • 10 April Hari Malaria Se-Dunia
  • 11 April Hari Kanker Se-Dunia
  • 17 April Hari Hemofilia Se-Dunia
  • 18 April Hari Diabetes Nasional
  • 22 April Hari Demam Berdarah
  • 24 April Hari Imunisasi
  • 1 Mei Hari Asma Se-Dunia
  • 8 Mei Hari Palang Merah Se-Dunia
  • 10 Mei Hari LUPUS Se-Dunia
  • 29 Mei Hari Lanjut Usia Nasional
  • 31 Mei Hari Tanpa Tembakau Sedunia
  • 1 Juni Hari Susu Sedunia
  • 14 Juni Hari Donor Darah Sedunia
  • 24 Juni Hari Bidan Sedunia
  • 26 Juni Hari Anti Narkoba Sedunia
  • 29 Juni Hari Keluarga Nasional
  • 17 Juli Hari Saka Bhakti Husada
  • 23 Juli Hari Anak Nasional
  • 1 Agustus Hari Remaja Asia
  • 1 s/d 7 Agustus Pekan ASI Sedunia
  • 15 September Hari Peduli Limfoma Sedunia
  • 16 September Hari Pangan Nasional
  • 17 September Hari Palang Merah Indonesia
  • 24 September Hari Jantung Sedunia
  • 28 September Hari Rabies Sedunia
  • 30 September Hari Hati Sedunia
  • 4 s/d 12 Oktober Pekan Peduli Hepatitis B
  • 9 Oktober Hari Penglihatan Sedunia
  • 10 Oktober Hari Kesehatan Jiwa Sedunia
  • 15 Oktober Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia
  • 16 Oktober Hari Pangan Sedunia
  • 18 Oktober Hari Menopause Sedunia
  • 20 Oktober Hari Osteopoorosis Sedunia
  • 24 Oktober Hari Dokter Nasional
  • 12 November Hari Kesehatan Nasional
  • 14 November Hari Diabetes Sedunia
  • 15 November Hari Penyakit Paru
  • 28 November Hari Menanam Pohon Indonesia
  • 1 Desember Hari AIDS
  • 3 Desember Hari Penyandang Cacat Sedunia
  • 5 Desember Hari Relawan Sedunia
  • 9 Desember Hari Anti Korupsi Sedunia
  • 20 Desember Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional
  • 22 Desember Hari Ibu
  • 27 Desember Hari Kesatuan Gerak PKK
  • 28 Desember Hari Kusta Sedunia

Samarinda Menuju Kota Layak Anak

Anak sebagai aset masa depan bangsa selayaknya mendapatkan hak-haknya termasuk hak mendapatkan gizi yang baik demi kesehatannya. Sehat yang dimaksud yaitu sehat secara jasmani dan sehat secara rohani. Kesehatan anak wajib diberikan oleh orang tua mulai dari dalam kandungan sampai anak tersebut dewasa.
Gizi yang baik didapatkan dari makanan yang sehat, dahulu dikenal dengan 4 sehat 5 sempurna namun sekarang disempurnakan menjadi gizi seimbang dimana makanan berguna sebagai sumber zat tenaga, pembangun, dan pengatur yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, lemak, dan mineral.
Materi Gizi untuk Kesehatan Anak dan Remaja ini disampaikan oleh Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Keluarga dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Samarinda dr.Melliyani Agustini dalam kegiatan Sosialisasi Samarinda menuju Kota Layak Anak (KLA) yang dilaksanakan di Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Sei Kunjang Kota Samarinda pada hari Kamis (15/12).

Disampaikan pula oleh dr.Melliyani mengenai pentingnya mencegah kehamilan dini pada usia remaja atau kurang dari 20 tahun beserta resikonya seperti anemia, bayi lahir kurang bulan, berat badan lahir rendah, serta perdarahan pada ibu hamil dan melahirkan.
Disaksikan oleh Sekretaris Camat Sei Kunjang Samlian Noor, Ketua TP PKK Samarinda Hj.Puji Syaharie Jaang mencanangkan Jam Wajib Belajar Anak dengan penyerahan kentongan secara simbolis kepada beberapa Tokoh Masyarakat di Kelurahan Karang Anyar.
Jam Wajib Belajar dimaksudkan membiasakan anak usia sekolah yaitu usia kurang dari 18 tahun untuk senantiasa berada di rumah dan beraktifitas untuk belajar pada jam 7-9 malam setiap hari sekolah, ditandai dengan pemukulan kentongan sebagai tanda dimulainya jam wajib belajar.
Pencanangan Jam Wajib Belajar ini sebagai rangkaian visi Kota Samarinda menuju Kota Layak Anak, dimana Samarinda sebagai ibukota propinsi Kalimantan Timur dipilih oleh Gubernur Kalimantan Timur H.Awang Faroek untuk digalakkan sebagai Kota Layak Anak.

Prosedur Standar Penanganan Pasca Terjadi Kasus Positif Flu Burung

Sebagai bagian dari prosedur standar penanganan Flu Burung, apabila terdapat seorang kasus yang telah terbukti positif terinfeksi H5N1 pada hasil pemeriksaan Polymirasea Chain Reaction (PCR), maka orang yang berada di sekitarnya, terutama yang pernah memiliki riwayat kontak dengan pasien, akan diawasi
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kementerian Kesehatan RI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), mengenai Prosedur Standar Penanganan setelah ada kasus Flu Burung.
Dijelaskan oleh Prof. dr. Tjandra, pengawasan ini meliputi Penjelasan tentang gejala dan penularan Flu Burung; Pemeriksaan suhu setiap hari, bila diperlukan; Pengambilan sampel untuk diperiksa di laboratorium, pada sebagian kasus; Pengawasan ketat dilakukan sampai 1 atau 2 kali masa inkubasi; dan dapat diberikan obat pencegahan/profilaksis, berupa Oseltamivir 1×1 tablet. Di samping itu, tindakan pencegahan penularan lainnya, apabila benar-benar diperlukan, baru dilakukan karantina.
Menanggapi kasus Flu Burung yang meninggal di wilayah Jakarta Utara beberapa hari lalu, Prof. dr. Tjandra menyampaikan bahwa telah dilakukan prosedur penanganan Flu Burung.
“Ada belasan kontak di lingkungan tempat tinggal yang diawasi dengan cermat, mendapat obat pencegahan/profilaksis, dan ada pula yang diperiksa sampelnya”, jelas Prof. Tjandra.

Dalam proses pengawasan, ditemukan  seorang anak perempuan (5 tahun) yang mengalami demam, maka yang bersangkutan langsung dibawa ke RS Persahabatan. Setelah dilakukan observasi di ruang isolasi selama beberapa hari, hasil PCR beberapa kali terbukti negatif. Saat ini, anak tersebut sudah tidak dirawat di ruang isolasi dan dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Selain itu, seorang pemuda (19 tahun) saat ini masih menunggu kepastian hasil PCR. Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan awal, diketahui negatif, tambah Prof. Tjandra.
“Kedua kasus di atas bukan Flu Burung. Keluhan dan gejalanya ringan, mereka dimasukkan ke rumah sakit, semata-mata sebagai bentuk kewaspadaan karena mereka pernah memiliki riwayat kontak dengan pasien positif Flu Burung. Selain itu, hasil pemeriksaan sampel kontak yang lain, sampai hari ini juga menunjukkan hasil negatif”, tegas Prof. dr. Tjandra.
Ditambahkan, sejauh ini semua prosedur baku penanganan Flu Burung pada manusia terus dijalankan sesuai standar yang ada, termasuk upaya pencegahan penularan lanjutan, seperti kasus yang terjadi di Jakarta Utara.
Di samping itu, pihak Dinas Peternakan atau Kesehatan Hewan juga aktif melakukan langkah-langkah antisipatif. Selain itu, baik di tingkat Kementerian Kesehatan maupun di tingkat Dinas Kesehatan Provinsi, selalu berkoordinasi antara bidang kesehatan, pertanian, peternakan dan kesehatan hewan.
Sesuai prosedur dalam International Health Regulation (IHR), Prof. dr. Tjandra telah melaporkan kasus PCR (+) ini ke WHO. Seperti yang tercantum pada website WHO,  saat ini di awal tahun 2012, terdapat 3 laporan kasus positif avian influenza (AI) di dunia, yaitu tanggal 5 Januari dari China dan Egypt, dan tanggal 10 Januari dari Indonesia.
“Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI”

Bahaya bergadang? Penemuan Terbaru Mengenai Kanker Hati! Jangan Tidur Terlalu Malam

Para dokter di National Taiwan Hospital baru-baru ini mengejutkan dunia kedokteran karena ditemukannya kasus seorang dokter muda berusia 37 tahun yang selama ini sangat mempercayai hasil pemeriksaan fungsi hati (GOT, GPT), tetapi ternyata saat menjelang Hari Raya Imlek diketahui positif  menderita  kanker hati sepanjang 10 cm Selama ini hampir semua orang sangat bergantung pada hasil indeks pemeriksaan fungsi hati (Liver Function Index). Mereka menganggap bila pemeriksaan menunjukkan  hasil index yang normal berarti semua OK. Kesalahpahaman macam ini ternyata  juga dilakukan oleh banyak dokter spesialis. Benar-benar mengejutkan, para dokter yang seharusnya memberikan pengetahuan yang benar pada masyarakat umum, ternyata memiliki pengetahuan yang tidak benar. Pencegahan kanker hati harus dilakukan dengan yang benar.
Tidak ada jalan lain kecuali mendeteksi dan mengobatinya sedini mungkin, demikian kata dokter Hsu Chin  Chuan. Tetapi ironisnya, ternyata dokter yang menangani kanker hati juga bisa memiliki pandangan yang  salah, bahkan menyesatkan masyarakat, inilah penyebab terbesar kenapa kanker  hati sulit untuk disembuhkan. Saat ini ada seorang pasien dokter Hsu yang mengeluh bahwa selama satu  bulan terakhir sering mengalami sakit perut dan berat badannya turun sangat banyak. Setelah dilakukan pemeriksaan supersound baru diketemukan adanya kanker hati yang sangat besar, hampir 80% dari livernya (hati) sudah termakan habis. Pasien sangat terperanjat, Bagaimana mungkin? Tahun lalu  baru melakukan medical  check-up dan hasilnya semua normal. Bagaimana mungkin hanya dalam waktu satu tahun yang relatif singkat bisa tumbuh kanker hati yang demikian besar? Ternyata check-up yang dilakukannya hanya memeriksa fungsi hati.
Hasil pemeriksaan juga menunjukkan normal. Pemeriksaan fungsi hati adalah salah satu item pemeriksaan hati yang paling dikenal oleh masyarakat. Tetapi item  ini pula yang paling disalahpahami oleh masyarakat kita (Taiwan).
Pada umumnya orang beranggapan bahwa bila hasil index pemeriksaan fungsi hati menunjukkan angka normal berarti tidak ada masalah dengan hati. Tetapi pandangan ini mengakibatkan munculnya kisah-kisah sedih karena Hilangnya kesempatan mendeteksi kanker sejak stadium awal. Dokter Hsu mengatakan, GOT dan GPT adalah enzim yang paling banyak ditemui di dalam sel-sel hati. Bila terjadi radang hati atau karena satu dan sebab lain sehingga sel-sel hati mati, maka GOT dan GPT akan lari keluar. Hal ini menyebabkan kandungan dan GPT di dalam darah meningkat. Tetapi tidak adanya peningkatan angka GOT dan GPT bukan berarti tidak terjadi pengerasan pada hati atau tidak adanya kanker hati. Bagi banyak para penderita radang hati, meski kondisi radang hati mereka telah berhenti, tetapi dalam hati (liver) mereka telah terbentuk serat-serat dan pengerasan hati. Dengan terbentuknya pengerasan hati, maka akan  mudah sekali untuk timbul kanker hati. Selain itu, pada stadium awal kanker hati, index hati juga tidak akan mengalami kenaikan. Karena pada masa-masa pertumbuhan kanker, hanya sel-sel di sekitarnya yang diserang sehingga rusak dan mati. Karena kerusakan ini hanya secara skala kecil maka angka GOT dan GPT mungkin masih dalam batas normal, katakanlah naik pun tidak akan terjadi kenaikan yang tinggi. Tetapi oleh karena banyak orang yang tidak mengerti akan hal ini sehingga berakibat terjadilah  banyak kisah sedih. Penyebab utama kerusakan hati adalah :
1.      Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang adalah penyebab paling utama.
2.      Tidak buang air di pagi hari.
3.      Pola makan yang terlalu berlebihan.
4.      Tidak makan pagi.
5.      Terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan.
6.      Terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat pewarna, pemanis buatan.
7.      Minyak goreng yang tidak sehat.  Sedapat mungkin kurangi penggunaan minyak goreng saat menggoreng makanan, hal ini juga berlaku meski menggunakan minyak goreng terbaik sekalipun seperti olive oil. Jangan mengkonsumsi makanan yang digoreng bila kita dalam kondisi penat, kecuali dalam kondisi  tubuh yang fit.
8.      Mengkonsumsi masakan mentah (sangat matang) juga menambah beban hati.Sayur mayur dimakan mentah atau dimasak matang 3/ 5 bagian. Sayur yang digoreng harus dimakan habis saat itu juga, jangan disimpan. Kita harus melakukan pencegahan dengan tanpa mengeluarkan biaya tambahan.Cukup atur gaya hidup dan pola makanan sehari-hari.
Perawatan dari pola makan dan kondisi waktu sangat diperlukan agar tubuh kita dapat melakukan penyerapan dan pembuangan zat-zat yang tidak berguna sesuai dengan jadwalnya.  Sebab:
  • Malam hari jam 9 – 11 : adalah pembuangan zat-zat tidak berguna/ beracun (de-toxin) di bagian sistem antibodi (kelenjar getah bening). Selama durasi waktu ini seharusnya dilalui dengan suasana tenang atau mendengarkan musik. Bila saat itu seorang ibu rumah tangga masih dalam kondisi yang tidak santai seperti misalnya mencuci piring atau mengawasi anak belajar, hal ini dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
  • Malam hari jam 11 – dini hari jam 1 : saat proses de-toxin di bagian hati, harus berlangsung dalam kondisi tidur pulas.
  • Dini hari jam 1 – 3 : proses de-toxin di bagian empedu, juga  berlangsung  dalam kondisi tidur.
  • Dini hari jam 3 – 5 : de-toxin di bagian paru-paru. Sebab itu akan terjadi batuk yang hebat bagi penderita batuk selama durasi waktu ini. Karena proses  pembersihan (de-toxin) telah mencapai saluran pernafasan, maka tak Perlu minum obat batuk agar supaya tidak merintangi proses pembuangan kotoran.
  • Pagi jam 5 – 7 : de-toxin di bagian usus besar, harus buang air di kamar kecil.
  • Pagi jam 7 – 9 : waktu penyerapan gizi makanan bagi usus kecil, harus makan pagi. Bagi orang  yang sakit sebaiknya makan lebih pagi yaitu sebelum jam 6:30. Makan pagi sebelum jam 7:30 sangat  baik bagi mereka yang ingin  menjaga kesehatannya. Bagi mereka yang tidak makan pagi harap merubah  kebiasaannya ini, bahkan masih lebih baik terlambat makan pagi hingga jam 9-10 daripada tidak makan sama sekali. Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang akan mengacaukan proses pembuangan zat-zat tidak  berguna. Selain itu, dari tengah malam hingga pukul 4 dini hari adalah waktu bagi sumsum tulang belakang untuk memproduksi darah. Sebab itulah, tidurlah yang nyenyak dan jangan begadang.

MENULAR (PTM) LANGKAH CERDIK MENCEGAH PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

Untuk menanggulangi Penyakit Tidak Menular, diperlukan langkah CERDIK, yaitu Cek kesehatan secara berkala; Enyahkan asap rokok; Rajin beraktifitas fisik; Diet yang baik dan seimbang;Istirahat yang cukup; dan Kelola stress.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama  SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, pada pembukaan kegiatan Pertemuan Project Management Course of Tobacco Control, di Bandung (3/7). Peserta pertemuan terdiri dari petugas Dinas Kesehatan, LSM dan Universitas dari berbagai kota di Indonesia.
Dalam sambutannya, Prof. dr. Tjandra menyatakan bahwa Rokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit tidak menular (PTM) yang menyebabkan penyakit dan adiksi (ketagihan). Aspek “kebiasaan” atau “budaya” juga disebut-sebut menjadi hal yang mempengaruhi masih sulitnya mengubah perilaku merokok di masyarakat.
Menurut Prof. dr. Tjandra, metode penanggulangan masalah merokok sudah teruji. Namun, masih dibutuhkan upaya perluasan dan konsistensi di dalam penerapannya. Hingga saat ini, pendapat-pendapat “berbeda” seringkali muncul dan harus segera ditangani dengan peningkatan pengetahuan, advokasi, komunikasi sosial, dan melibatkan sebanyak mungkin tokoh dan komponen masyarakat.
Pada kesempatan tersebut, Prof. dr. Tjandra mengharapkan agar hasil yang didapatkan dari pelatihan tersebut dapat diterapkan di lingkungan para peserta pertemuan, dan dibuat indikator proses dan output keberhasilannya.
“Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Sabtu, 18 Mei 2013

Waspadai Alergi Susu Sapi pada Anak

Alergi terhadap susu sapi memang semakin banyak dialami oleh anak-anak di bawah usia 3 tahun, terutama usia di bawah 12 bulan. Hal ini disebabkan ada reaksi imunologi pada tubuh si bayi. Imunoglobulin (IgE) merespon protein susu sapi dan menilainya sebagai benda asing dalam tubuh si bayi. Akibatnya, protein tadi tidak tercerna dengan baik, malah menimbulkan gangguan berupa gejala-gejala reaksi alergi. Alergi ini akan terjadi ketika sistim imun bayi menyadari bahwa protein yang terkandung dalam susu sapi sebagai zat yang berbahaya. Sekitar 2-3 persen bayi berusia 0-3 tahun mengalami alergi susu sapi, ini dikarenakan bayi mempunyai sistem imun yang masih imatur dan rentan.
Banyak penelitian membuktikan bahwa factor utama bayi alergi adalah karena mereka tidak mendapatkan Kolustrum Air Susu Ibu (ASI), jadi untuk menghindari alergi ini yaitu adalah dengan pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan.
Kita sebagai orangtua harus memperhatikan riwayat-riwayat kesehatan pada tubuh kita. Jika Bunda yang memiliki riwayat alergi, maka si bayi memiliki kemungkinan 50% alergi, jika hanya sang ayah yang membawa genetika alergi, kemungkinan 20% terkena alergi yang sama. Namun jika keduanya. Maka si bayi kemungkinan 70% membawa factor genetic tersebut.
Efek alergi yang ditimbulkan:
Reaksi cepat. Gejala akan muncul setelah 45 menit meminum susu sapi. Yaitu berupa, bintik merah pada kulit bayi, rasa gatal, gangguan sistem saluran napas seperti napas berbunyi ngik, bersin, hidung dan mata gatal serta mata merah.
Reaksi sedang. Akan muncul setelah 45 menit – 20 jam setelah bayi meminum susu sapi, yang ditandai dengan muntah dan diare.
Reaksi lambat. Umumnya gejala berupa diare, konstipasi (sulit BAB) dan dermatitis (eksim kulit), baru akan terlihat setelah lebih dari 20 jam.
Secara umum, gangguan dari efek alergi susu sapi ada bermacam-maca, pada saluran pencernaan, seperti diare, kolik, susah BAB, sampai pendarahan saluran cerna, bias juga menyebabkan ruam-ruam merah dan bengkak-bengkak pada kulit-bahkan mempengaruhi juga ke saluran pernafasan, seperti pilek, batuk terus-menerus, mengi dan asma.
Tindak Lanjut
Berikan ASI. Namun jika produksi ASI tidak banyak, Anda perlu memperhatikan pemberian susu sapi pada bayi. Ganti ASI dengan susu formula terhidrolisa sebagian (partially hidrolized), dan terhidrolisa penuh (extensively hydrolized). Perhatikanlah reaksinya setelah diberi susu. Jika muncul gejala yang mencurigakan, segera hentikan dulu pemberian susu sapi.
Konsultasikan masalah bayi Anda pada dokter untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik dan tepat.
Hindari memberikan makanan pemicu alergi seperti telur, ikan laut, kacang-kacangan dan buah-buahan tertentu. Biasanya bayi yang alergi susu sapi juga mengalami alergi terhadap makanan lainnya.
Orangtua yang memiliki riwayat alergi cenderung berisiko tinggi menurunkan penyakit alergi ini pada bayi yang dilahirkan. Sejumlah ahli alergi munologi menyakini, risiko mengalami alergi pada bayi sekitar 30 persen jika salah satu orangtua menderita alergi. Risiko akan meningkat dua kali lipat jika kedua orangtua adalah penderita alergi.

Upaya Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah

Kualitas sumber daya manusia (SDM) antara lain ditentukan dua faktor yang satu sama lain saling berhubungan, berkaitan dan saling bergantung yakni pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan prasyarat utama agar upaya pendidikan berhasil, sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan sangat mendukung tercapainya peningkatan status kesehatan seseorang. Oleh karena itu Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan titik berat pada upaya promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas, menjadi sangat penting dan strategis untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Jumlah usia sekolah yang cukup besar yaitu 30 % dari jumlah penduduk Indonesia merupakan masa keemasan untuk menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sehingga anak sekolah berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempromosikan PHBS, baik dilingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.
Dalam rangka peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)  pada para siswa. Puskesmas Palaran yang dipimpin oleh Veronika Hinum selalu mengadakan kegiatan  Healty Students. Kegiatan yang rutin diadakan setiap tahunnya ini dilakukan di 5 SD/MI yang ada di wilayah kerja Puskesmas Palaran secara bergilir.
PHBS di sekolah sendiri memiliki pengertian : kebiasaan/perilaku positif yang dilakukan oleh setiap siswa, guru, penjaga sekolah,petugas kantin sekolah, orang tua siswa dan lain-lain yang dengan kesadarannya untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya serta aktif dalam menjaga lingkungan sehat di sekolah.
Pada  PHBS di sekolah terdapat 8 indikator antara lain adalah : Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun, Jajan di kantin sekolah yang sehat, Membuang sampah pada tempatnya, Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah dengan terukur dan teratur, Mengukur berat badan dan tinggi badan secara teratur setiap 6 bulan, Bebaskan diri dari asap rokok, Memberantas jentik nyamuk, Buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) di jamban sekolah.
Kegiatan Penerapan PHBS di Sekolah oleh Puskesmas Palaran  yang disebut kegiatan healthy students pada tahun ini  dilaksanakan oleh Puskesmas Palaran di SDN 012, SDN 014, SD Ad-Daud, SDN 018 dan SDN 019 Kecamatan Palaran.
Kegiatan yang dilaksanakan berupa Penyuluhan kesehatan gigi dan praktek sikat gigi pada siswa kelas 2, Penyuluhan cuci tangan dan praktek cuci tangan pada siswa kelas 3, Penyuluhan DBD pada siswa kelas 4 dan Penyuluhan diare pada siswa kelas 5. Pengisi kegiatan Healty Students  adalah perawat gigi, pemegang program DBD, pemegang program Kesling dan pemegang program Promkes.
Kegiatan ini diharapkan dapat mengubah perilaku para siswa untuk bisa meningkatkan kebersihan perseorangan serta membiasakan untuk ber-PHBS sejak dini. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswa untuk melaksanakan PHBS di sekolah.
Dengan menerapkan  PHBS di sekolah oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah, maka akan membentuk mereka untuk memiliki kemampuan dan kemandirian dalam mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sekolah sehat.

PENINGKATAN STATUS KESEHATAN GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA PEREMPUAN MELALUI GP2SP

Saat ini pekerja perempuan memiliki peran ganda, yaitu sebagai pekerja dan juga sebagai penanggung jawab pertumbuhan serta kualitas anak mereka sebagai generasi penerus. Sesuai kodratnya, pekerja perempuan mengalami haid, kehamilan, melahirkan dan menyusui bayi. Kondisi ini memerlukan pemeliharaan dan perlindungan kesehatan yang baik agar generasi penerus terjamin kesehatannya.
Pekerja perempuan di Indonesia dalam usia reproduksi mempunyai beberapa permasalahan kesehatan. Hasil studi menunjukkan bahwa prevelansi anemia pada Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 26,4% (SKRT, 2001) selain itu hasil penelitian di beberapa industri di Tangerang, Jakarta dan Depok memperlihatkan bahwa anemia pada pekerja perempuan menunjukkan besaran antara 24-42%. Padahal pekerja perempuan yang menderita anemia, output kerjanya rata-rata 5% lebih rendah serta kapasitas kerjanya per minggu rata-rata 6.5 jam lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak anemia.

Anemia mengakibatkan pekerja menjadi mudah sakit, mudah terjadi kecelakaan sehingga angka absensi meningkat dan kemungkinan apabila hamil akan mempunyai risiko saat melahirkan serta melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Permasalahan lainnya adalah tingkat pendidikan pekerja perempuan yang masih rendah. Data BPS tahun 2010 menunjukkan bahwa 50,37% perempuan Indonesia berpendidikan SD ke bawah. Hal ini berpengaruh terhadap kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi. Di tambah lagi dengan lingkungan pemukiman yang kurang memperhatikan sanitasi, memungkinkan pekerja perempuan tersebut mengalami penyakit infeksi yang kronis seperti malaria, TB dan kecacingan.
Berdasarkan hal tersebut pemerintah mencanangkan Gerakan Pekerja Perempuan Sehat dan Produktif (GP2SP). Dalam pencanangan ini akan diluncurkan pedoman GP2SP sebagai acuan dalam pelaksanaan program ini baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan perusahaan.
GP2SP merupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan RI dengan beberapa instansi. Adapun tujuannya adalah untuk meningkatkan status kesehatan gizi pekerja perempuan demi mencapai produktivitas yang maksimal. Selain itu, program ini dibuat untuk mendukung target pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) yang telah disepakati dunia internasional. Target yang dimaksud adalah target MDG’s nomor 4 mengenai penurunan angka kematian anak dan nomor 5 mengenai penurunan angka kematian ibu. GP2SP ini sebenarnya merupakan bentuk revitalisasi dari program Kementerian Kesehatan RI di tahun 1997, yaitu Gerakan Pekerja Wanita Sehat Produktif (GPWSP).
Sumber : www.depkes.go.id

Kamis, 16 Mei 2013

Desaku Sehat dan Mandiri





Selain belajar teori, fakultas kesehatan masyarakat (FKM)juga aktif melakukan kegiatan-kegiatan diluar lapangan, dengan terjun langsung kemasyarakat guna meningkatkan skill individu mahasiswa maupun membantu masyrakatu ntuk meningkatkan taraf hidup sehat. Nah, salah satunya melalui Badan Eksekutif Mahasiswa FKM Universitas Mulawarman mengadakan progam desa binaan di desa Loa Duri Ilir, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Tmur dan launching progam tersebut telah dilaksanakan pada hari Kamis, 25 april 2013.
Dan progam ini mendapat reaksi positif dari masyarakat setempat, terutama Kepala Camat Desa Loa Duri Ilir yang mendukung penuh untuk bekerjasama melaksanakan progam ini. “Saya sangat senang apabila para mahasiswa turut membantu memajukan desa ini, karena dapat sedikit meringankan bebankerja kami disini, apalagi sebentar akan diadakan lomba desa sehat, sehingga kami harap mahasiswa dapat benar-benar membuat desa kami lebih sehat…!”kata Bu Camat Loa Duri Ilir sambil tersenyum.
“Progam ini berangkat dari badan penelitian dan Pengembangan (Litbang) BEM Unmul dan rekomendasi dari para dosen di FKM Unmul yang ingin menerapkan aplikasi dari ilmu Kesehatan Masyarakat yang diperoleh mahasiswa untuk ditujukan kepada masyarakat, yang mana ini merupakan laboratorium penelitian untuk para mahasiswa FKM agar dapat terjun secara langsung dan mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada serta memecahkan masalah sesuai ruang lingkup kesmas.” Terang Kak Emel sebagai ketua pelaksana kegiatan. Progam ini merupakan kerjasama antara pemerintah daerah setempat dengan BEM FKM Unmul. Nantinya akan dilaksanakan dua progam unggulan yaitu dibidang Kesehatan Lingkungan akan ada pelatihan pendauranulang sampah oragnik maupun nonorganik, kemudian yang kedua yaitu penanaman apotek hidup di perkarangan rumah. Kegiatan ini akan dibantu oleh puskesmas setempat.
Sebenarnya kegiatan-kegiatan ini merupakan salah satu progam yang ada sebelumnya, karena di desa Loa Duri Ilir sudah mempunyai progam Desa Siaga yang dicanangkan pemerintah dan sudah diaplikasikan di belakangan tahun ini. Namun hanya saja progam tersebut belum terlaksana secara optimal. ”Dengan adanya progam Desa Binaan yang di buat BEM FKM Unmul, maka diharapkan dapat menutup lubang-lubang kekurangan dari progam Desa Siaga yang  telah ada sebelumnya”. terang Kepala Desa Bapak Hendrik Budianto.
Mahasiswa akan diturunkan kelapangan dua kali dalam sebulan, yang pertama adalah pengidentifikasian masalah kesehatan yang ada pada masyarakat,  kemudian yang kedua adalah intervensi atau upaya langsung dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Menurut sumber informasi yang diberikan pihak puskesmas masalah kesehatan yang sering terjadi adalah tingginya kematian ibu dan anak. Angka kematian Ibu dan Anak merupakan yang tertinggi di kutai kartanegara, kepala promosi kesehatan Dinkes Kukar menyatakan bahwa indikator desa yang sehata da 10 indikator, kematian ibu dan anak termasuk diantaranya. Dan Ia juga mengatakan bahwa mahasiswa yang akan terjun kemasyarakat nanti diharapkan dapat memberikan kontribusi yang dapat membantu masyarakat untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan bekerja sama dengan puskesmas setempat.
Rencananya Progam ini akan dilaksanakan secara berkelanjutan dan menyesuaikan dengan progam desa siaga, diharapkan setelah berjalan tiga tahun dapat terlihat perkembangan  yang signifikan pada desa yang yang diramut daripada desa-desa disekitarnya. Sehingga bisa menjadi desa percontohan yang sehat dan mandiri. (bagus, Kamis, 25/04/2012)






Makanan berminyak di pagi hari, sehat kah? Kasi tau nggak ya? (lebay brooo….) biariiin!


Pada umumnya kebanyakan kaum pelajar atau mahasiswa memiliki kebiasaan untuk tidak sarapan. Mereka lebih senang sarapan dikantin atau diluar sekitar sekolah dan itu sudah menjadi kebisaan yang lumrah di Indonesia. Makanan paling banyak tersedia pada umumnya adalah gorengan yang banyak dijual para pedagang disekitar lingkungan pendidikan. Selain enak, bikin kenyang, harganya terjangkau pula. Ini menjadi pendorong bagi para pelajar atau mahasiswa untuk gemar mengkonsumsi jenis makanan tersebut. Yang menjadi pertanyaan, sehat kah makan makanan berminyak pada pagi hari???
Nah, ada kasus menarik nih! Ternyata ada 2 mahasiswa yang keracunan setelah makan gorengan di pagi hari, korban itu bernama Gumilang (nama asli) dan Bagus (nama keren). Setelah di investigasi oleh  tim penyelidik KPK (komisi penanganan keracunan) ternyata mereka mengalami gejala seperti loyo, tidak semangat, boring condition (alternatifx kadang main remi), tegang (terutama klo dosennya killer), lelah, mata berat dan terlelap (pingin tidur), sensitive, tidak sadarkan diri (bukan dihipnotis), gangguan psikologi(mikir tugas), dan lain-lain.
Kejadiannya berawal dari gumilang yang membeli gorengan dari Bule Nenes (nama tidak disamarkan tp dipalsukan) seharga seribu rupiah karena lagi “bokek” kiriman belum datang. Dan Gumilang pun mendapatkan satu buah pisang goreng yang masih hangat + sambelnya yang juga kebetulan masih hangat juga (biasanya dingin). Ketika akan di santap, tiba-tiba si bagus datang dan memohon kepada gumilang untuk men-share pisang gorengnya untuk dibagi fifty-fifty, berhubung gumilang orangnya baik, imut, ramah, pemurah, sopan, dan rajin menabung. Dengan senang hati gumilang mau berbagi pisang goreng miliknya begitu pula dengan sambalnya. Setelah keduanya mengkonsumsi gorengan tersebut, ternyata setelah satu jam tidak terjadi apa-apa, setelah dua jam masih belum terjadi apa-apa, setelah tiga jam nothing happening (ini sebenarnya 2 orng ini keracunan pa gk sih?, sabar smua butuh proses broo!), akhirnya setelah empat jam kemudian pun masih belum terjadi apa-apa (hadeeh..yg nulis brita gk jelas). Dan Pada Akhirnya lagi (ini btulan!!!) empat jam lewat empat menit lewat empat detik, kedua mahasiswa tersebut mulai merasakan gejala-gejala aneh di sertai badan gemetaran dan merinding (seperti yang disebutkan diatas).  Lalu kedua mahasiswa tersebut dilarikan ke rumah bersalin (eh salah)….rumah sakit (tapi kejauhan)…klo begitu puskesmas (sudah tutup!! kan sudah siang), ya sudah kalau begitu masuk UKS (kita kan gk punya),,,,arggggh coba bohong dikit lah biar beritanya bagus,,,ya sudah nggak usah dilarikan kemana-mana!!! Singkat cerita kedua mahasiswa tersebut sudah merasa baikan.. Dan mereka berencana menunutut Bule Nenes yang telah sengaja meracuni kedua mahasiswa tersebut. Tapi karena melihat kondisi Bule Nenes yang sudah tua renta, sexy,dan kaya. Akhirnya mereka tidak jadi lantaran tak sanggup membayar uang sidang. Kemudian Kasus ini dilaporkan ke Komnas HAM anak.
Semoga setelah membaca kasus diatas para pembaca tidak mengalami gangguan kejiwaan, karena kasus ini hanya fiktif belaka dan benar-benar bohong. Yang saya coba hubungkan disini adalah pola perilaku mahasiswa yang tidak sehat, banyak mahasiswa yang belum menyadari bahwa perilaku yang salah dapat mempengaruhi kesehatannya. Mengkonsumsi makan-makanan berminyak, menurut dosen FK Unmul dapat menyebabkan cepat lelah dan dehidrasi. Ini di sebabkan gorengan yang kita makan memiliki kandungan lemak yang sangat banyak, sehingga ketika diproses didalam tubuh akan membutuhkan proses yang lebih lama dibandingkan zat lainnya. Ini dikarenakan lemak harus melalui bebagai proses katabolisme dan anabolisme yang cukup rumit, singkatnya stukrtur polimer lemak harus di ubah dahulu dari trigliserida mnjadi asetil KoA melalu proses Beta oksidasi. Yang kemudian baru bisa di ubah menjadi bentuk energy dalam ATP dalm proses siklus krebs. Dan lemak merupakan senyawa yang memiliki sumber energy yang paling besar namun bukan yang utama, sehingga untuk pengangkutan diperlukan suatu senyawa protein yang di sebut lipoprotein, karena lemak tidak dapat larut dalam air. Dan menyebabkan terjadinya penyerapan air secara besar-besaran oleh sel untuk melakukan proses metabolisme, itulah sebabnya kita akan merasa cepat haus.

CAPAI TARGET MDG’s DEMI TERWUJUDNYA DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT YANG TINGGI

Waktu untuk mencapai sasaran-sasaran Millennium Development Goals (MDG) tinggal tiga tahun lagi. Dari delapan goals yang ditetapkan, lima goals yaitu MDG 1, 4, 5, 6 dan 7 terkait erat dengan kesehatan.
Demikian kata Menkes, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH (27/1) pada saat memberikan presentasi di acara Dies Natalis Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin yang ke 56, di Universitas Hasanudin Makassar. Tema Dies Natalis  FK UNHAS tahun ini, ialah ‘Meningkatkan Profesionalisme dan Etika Profesi Alumni Menyongsong Millennium Development Goals 2015.
Menkes menyatakan, MDG merupakan hasil kesepakatan lebih dari 180 Kepala Negara dan Pemerintah Anggota PBB tahun 2000. Kesepakatan untuk mencapai MDG bertujuan meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Untuk Indonesia, sasaran MDG  tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014.
“Untuk mencapai sasaran-sasaran MDG perlu kerja keras dan kerja cerdas, meninggalkan cara kerja yang business as usual. Harus ada inovasi dan terobosan serta fokus pada kegiatan prioritas. Implementasi kebijakan ini hanya mungkin terjadi bila didukung seluruh jajaran lintas sektor, pemerintah daerah, seluruh masyarakat, dan stakeholders lainnya,” kata Menkes.
Menkes meminta kepada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan alumninya – baik dokter umum, dokter spesialis, birokrat, dosen maupun pengusaha swasta yang tersebar di Sulawesi Selatan, di wilayah Indonesia Timur dan di wilayah Indonesia lainnya agar berkontribusi pada upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Selain mahasiswa, turut hadir pada dies natalis ini Rektor Univ. Hasanudin, Kadinkes Sulut dan Dirut RS Wahdin Suhirohusodo, Guru Besar, Para Dekan dan Ketua Organisasi Profesi Bidang Kesehatan.
Menkes menyampaikan, walaupun target MDG-1 yaitu menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak balita dalam posisi on track, namun beberapa provinsi masih menunjukkan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas angka nasional. Di samping itu ada masalah stunting prevalensinya mencapai 35,8%.
“Lakukan intervensi 1000 Hari Periode Emas, yaitu Pemberian MP-ASI pada anak gizi kurang dari keluarga miskin; Tatalaksana pada semua balita yang mengalami gizi buruk; dan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui Gerakan Nasional Sadar Gizi,” jelas Menkes terkait upaya mencapai target MDG-1.
Strategi terkait MDG-4 untuk menurunkan angka kematian balita 2/3 dari kondisi tahun 1990 dalam posisi on track. “Angka kematian bayi dan balita terus menurun” jelas Menkes.
Menkes menerangkan bahwa harus disadari adanya disparitas angka kematian anak baik antar Provinsi maupun Kabupaten/Kota, pada anak yang dilahirkan dari keluarga yang memiliki sosio-ekonomi yang rendah serta mereka yang tinggal di pedesaan. Kesenjangan ini terkait dengan; kemudahan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas; keterbukaan daerah terhadap pembangunan ekonomi; ketersediaan sumber daya, serta; kebijakan masing-masing daerah.
“Hal yang perlu menjadi perhatian adalah angka kematian neonatal cenderung stagnan. Faktor infeksi dan masalah gizi  sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak. Riskesdas 2007 menunjukkan, penyebab kematian balita sebesar 36% adalah masalah neonatal (Asfiksia, Berat Badan Lahir Rendah dan Infeksi), 17,2% karena Diare dan 13,2% oleh Pneumonia”, kata Menkes.
Terkait MDG’S-5 yaitu Menurunkan Angka Kematian Ibu, Menkes mengakui masih diperlukan kerja  keras dan kerja cerdas untuk menurunkan AKI  menjadi 102 per 100.000 Kelahiran Hidup.
Hasil Survey Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan analisis regresi linier data SDKI tahun 1994-2007, proyeksi AKI tahun 2015 adalah 161 per 100.000 kelahiran hidup. Diperlukan berbagai terobosan dan dukungan  semua  pihak, tambah Menkes.
Untuk mengatasi masalah  ini, Kementerian Kesehatan melakukan langkah-langkah yaitu Meningkatkan pengetahuan dan peran aktif  keluarga dan masyarakat melalui penerapan Buku KIA; Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K); Program rumah tunggu; Program kemitraan bidan dan dukun; Peningkatan persalinan oleh tenaga kesehatan dan persalinan di fasilitas kesehatan, serta  Mengatasi masalah emergensi melalui Puskesmas PONED dan Rumah sakit PONEK.
“Sejak tahun 2011 diluncurkan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) untuk percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir (neonatal). Program ini diperuntukkan bagi ibu hamil yang tidak memiliki jaminan persalinan” jelas Menkes.
Terkait MDG-6 untuk HIV-AIDS, TB dan Malaria masih dalam posisi off track. Kemenkes masih menghadapi kendala khususnya Pengendalian penyebaran dan penurunan jumlah kasus HIV-AIDS; Penggunaan kondom pada kelompok risiko tinggi; Peningkatan pengetahuan tentang HIV-AIDS. Dalam kata lain, pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS masih  rendah.
Strategi yang dilakukan untuk mencapai target MDG 6 adalah Peningkatan sosialisasi; Peningkatan akses pengobatan HIV-AIDS; Implementasi  program, PMTCT; Pengurangan dampak buruk pada penyalahguna NAPZA suntik atau Penasun, terang Menkes.
Sementara terkait Pengendalian Malaria, dalam posisi on track  karena angka kejadian malaria per 1000 penduduk menunjukkan kecenderungan menurun. Sedangkan untuk  Pengendalian TB,  sasaran menurunkan kasus baru tuberkulosis justru  sudah tercapai.
Terkait target MDG-7 yaitu Akses Air Bersih Pada Rumah Tangga, Menkes menyatakan masih dalam posisi off track. Pencapaian MDG-7 ini sangat penting bagi  kesehatan masyarakat, karena kualitas air dan sanitasi merupakan faktor risiko berbagai penyakit menular.
Dihadapan undangan dies natalis, Menkes menyampaikan apresiasi atas peran FK UNHAS dalam Pembentukan Konsorsium Perguruan Tinggi terkait Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
“Ini merupakan bentuk konkrit untuk meningkatkan peran Perguruan Tinggi sebagai mitra pemerintah  dalam identifikasi masalah,formulasi,  implementasi, dan evaluasi kebijakan.
Sumber : www.depkes.go.id

JANGAN RAGU GUNAKAN OBAT GENERIK

Hampir 80% indikasi penyakit yang sering diderita masyarakat tercakup pada obat generik. Keberadaan obat generik diharapkan membuat masyarakat bisa menjangkau kebutuhan akan obat esensial tersebut.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D, saat memberikan keterangan kepada pers usai melakukan inspeksi mendadak (Sidak) di dua Apotik di kawasan Jakarta Pusat, Selasa siang (20/3/12).
“Sebenarnya bahan baku, alat bahkan produsen obat generik itu  sama dengan obat branded. Perbedaannya adalah obat generik tidak dipromosian sehingga tidak ada biaya promosi”, ujar Dra. Maura.
Dra. Maura menambahkan, obat generik tidak dipromosikan oleh produsen karena selain adanya logo generiknya, namanya harus sama dengan zat aktif yang terkandung di dalamnya seperti yang tercantum pada komposisinya.
“Siapapun produsennya, namanya disesuaikan dengan zat aktif kandungannya”, tambah Dra. Maura.
Menurut Dra. Maura, Kemekes setiap 6 bulan sekali melakukan monitoring harga obat di pasaran secara sampling ke apotik, baik itu melalui survei maupun pengecekkan di laboratorium.
Menanggapi pertanyaan wartawan mengenai penyesuaian harga 498 jenis obat generik yang ditetapkan 23 Februari 2012 lalu, Dra. Maura menjelaskan bahwa penyesuaian tersebut merupakan bentuk pengendalian dari Kemenkes. Hal itu sudah melalui pertimbangan macam-macam, seperti harga bahan baku, energi, distribusi, upah minimum regional (UMR), dan kemungkinan margin keuntungan untuk perusahaan.
“Penyesuaian itu untuk merasionalisasikan harga obat generik, agar produsen tidak rugi. Kita menjaga jangan sampai stok obat kosong karena tidak ada yang memproduksi”, terang Dra. Maura.
Dra. Maura mengatakan saat ini volume obat generik kita baru mencapai 40%, dan diupayakan untuk terus ditingkatkan.
“Negara kita out of pocket-nya terlalu banyak, masing-masing konsumen membeli sendiri-sendiri. Semoga saat Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diberlakukan, diharapkan semua ada dalam pendekatan sistem. Obat Generik menunjukkan cost effective dalam SJSN”, tandas Dra. Maura.
Sumber : www.depkes.go.id

PENDAPAT REMAJA MENGENAI BAGAIMANA MELINDUNGI WANITA DAN ANAK DARI ANCAMAN HIV-AIDS

Minggu pagi (9/12), Menkes RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, berdialog secara langsung dengan para peserta kegiatan Kirab dan Sepeda Hias dengan tema “Stop AIDS, Protect Women and Children”  yang diselenggarakan di Pantai Festival Ancol Jakarta.
Pada kesempatan tersebut, Menkes bertanya kepada para peserta yang terdiri dari anak-anak, remaja dan orang tua siswa seputar tema kegiatan dan HIV-AIDS.
“Bagaimana melindungi perempuan dan anak dari infeksi virus HIV?” tanya Menkes.
Seorang remaja pria memberanikan diri maju dan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
“Melalui seks bebas, Bu”, jawabnya singkat.
“Seks bebas yang seperti apa? Semua seks itu bebas, tidak membayar. Ingat, suami istri pun seks secara bebas, malah untuk tujuan yang mulia. Saya berhubungan seks dengan suami saya bebas, engga bayar. Apakah saya masih bisa tertular virus HIV?” tanya Menkes. “Tidak akan tertular, Bu”, tambahnya.
Barisan yang semula tenang, sontak menjadi riuh. Menkes lalu mempersilahkan bagi peserta lain yang memiliki pendapat berbeda. Tidak lama, satu orang remaja pria, kemudian disusul seorang remaja wanita naik ke atas pentas, dengan semangat menyatakan pendapatnya.
“Sebelumnya mohon maaf, Bu. Saya tidak setuju. Menurut saya, kalau berhubungan seksual antara suami-istri itu benar bebas, tidak membayar. Tetapi kita tidak tahu apakah suami pernah melakukan seks dengan orang lain di luar sana atau tidak. Hubungan suami istri ‘kan dasarnya saling percaya, jadi tidak tanya-tanya dulu sebelum berhubungan seksual. Jadi saya tidak setuju, karena menurut saya, seorang istri masih bisa tertular HIV”, jelas remaja pria bernama Reynold.
“Saya juga tidak setuju, Bu. Kita tidak tahu apakah suaminya menderita penyakit HIV, atau mungkin penyakit lain yang bisa ditularkan kepada istrinya”, kata remaja wanita bernama Tri.
Menanggapi pernyataan tersebut, Menkes menyatakan bahwa benar, selain HIV-AIDS, ada beberapa penyakit kelamin yang dapat ditularkan oleh suami kepada istri atau sebaliknya. Menkes lalu menanyakan kembali, bagaimana cara melindungi wanita dari ancaman penularan virus HIV.
Reynold mengambil microphone yang disodorkan ke arahnya. Ia lalu memberikan pandangan bahwa upaya peningkatan pengetahuan HIV/AIDS bagi wanita Indonesia harus menyeluruh, tidak hanya terpusat di perkotaan. Menurutnya, masih banyak kaum hawa di pedesaan yang sama sekali belum mengerti HIV, AIDS, atau penyakit kelamin lainnya.
“Selain itu, menurut saya sebagai lelaki, kita juga harus menghormati wanita. Caranya adalah setia dengan satu pasangan saja”, tegasnya.
Menkes mengangkat tangan Reynold dengan bangga, lalu memberikan tepuk tangan. Menkes menegaskan, peran laki-laki dalam pencegahan HIV/AIDS sangat penting, karena mereka harus sadar bahwa mereka harus bertanggung jawab terhadap istri dan keluarganya, yakni dengan tidak melakukan praktek seksual beresiko yang akan membahayakan generasi penerus bangsa
“Jadi ingat ya, laki-laki juga berperan penting. kalau laki-lakinya bertanggung jawab, dia akan menghormati perempuan, maka dia bisa melindungi perempuan”, kata Menkes.
Perbincangan lalu dilanjutkan kepada pembahasan perlindungan anak dari ancaman HIV-AIDS. Menkes lalu memberikan pandangan bahwa salah satu cara penularan virus HIV maupun bibit penyakit lain kepada bayi, bisa didapat dari orang tuanya. Biasanya seorang ayah atau calon ayah berpotensi menularkan kepada istri atau pasangannya (calon ibu). Apabila seorang ibu hamil terinfeksi virus HIV, gonorrhea, sifilis, atau penyakit kelamin lain, dapat ditularkan dari ibu ke bayi saat dalam kandungan, persalinan atau menyusui.
“Sebenarnya, hal ini bisa dicegah”, tegas Menkes.
Menurut Menkes, hal utama untuk melindungi anak dari ancaman infeksi virus HIV adalah perilaku sehat dan bertanggung jawab dari para calon orang tua. Yang disebut calon orang tua itu antara lain remaja yang suatu hari akan menikah, ataupun orang muda yang sudah menikah.
Belum selesai sampai di situ, Menkes meminta para remaja tersebut untuk memberikan pandangan mengenai bagaimana cara melindungi anak khususnya remaja dari HIV-AIDS.
“Pertama, menjauhkan diri dari pergaulan bebas, Bu. Misalnya, tidak menggunakan narkoba atau seks bebas. Kedua, waspada dengan informasi yang marak beredar melalui pesan instan, katanya banyak penderita HIV yang merasa dikucilkan dan dijauhi masyarakat katanya mereka memiliki rasa dendam, dan faktanya mereka ingin  menyebarkan virus HIV di tempat-tempat tertentu. Apakah itu benar Bu?”, jawab Reynold.
Dengan cepat, Menkes menanggapi jawaban tersebut.
“Untuk jawaban yang pertama, benar sekali. HIV-AIDS bisa menular melalui Narkoba juga perilaku seks yang tidak bertanggung jawab. Namun, untuk hal yang kedua, sama sekali tidak benar. Tidak ada Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) yang berniat dengan sengaja menularkan kepada orang lain”, sanggah Menkes.
Menkes lalu menjelaskan, bahwa virus HIV tidak menular melalui tusuk gigi atau jarum yang diletakan di udara terbuka. Menkes menegaskan bahwa virus HIV hanya dapat menular melalui darah, atau cairan kelamin.
“Tidak bisa kalau hanya tusuk gigi atau jarum. Jangan salah, karena hal itu hanya menimbulkan stigma diskriminasi kepada orang yang terinfeksi HIV-AIDS”, tegas Menkes.
Pada kesempatan tersebut, Menkes menegaskan kembali bahwa hal terpenting adalah kesadaran akan pencegahan, yang merupakan hulu dari upaya pengendalian HIV dan penyakit kelamin.
Sumber : www.depkes.go.id

7 PENYAKIT YANG PERLU DIWASPADAI PADA SAAT MUSIM HUJAN

Penyakit Diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu (personal hygine). Pada saat musim hujan dengan curah hujan tinggi maka potensi bajir meningkat. Banjir berkaitan erat dengan kebersihan, pada saat banjir sumber-sumber air minum masyarakat khususnya sumber air minum dari sumur dangkal akan ikut tercemar, sehingga ketersediaan air bersih menjadi terbatas dan potensial menimbulkan penyakit Diare disertai penularan yang cepat. Demikian penjelasan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan penyakit menular yang harus diwaspadai pada saat banjir, sebagaimana diterima Pusat Komunikasi Publik melalui surat elektonik (27/11). Untuk menanggulangi penyakit Diare, Prof. Tjandra menyarankan agar masyarakat tetap waspada dengan membiasakan cuci tangan dengan sabun setiap akan makan dan setelah buang air besar; merebus air minum hingga mendidih; menjaga kebersihan lingkungan, hindari tumpukan sampah di sekitar tempat tinggal; dan segera hubungi petugas kesehatan terdekat bila ada gejala Diare. Selain Diare, penyakit Demam Berdarah juga menjadi salah satu penyakit yang patut diwaspadai pada saat musim hujan, karena akan terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti. Sering kali pada musim hujan akan banyak genangan air dan sampah yang dapat memicu berkembang biaknya nyamuk tersebut. Untuk itu diharapkan masyarakat agar berpartisipasi secara aktif melalui gerakan 3 M yaitu, mengubur kaleng-kaleng bekas; menguras tempat penampungan air secara teratur dan menutup tempat penyimpanan air dengan rapat. Masyarakat juga dianjurkan untuk segera membawa keluarganya ke sarana kesehatan apabila ada anggota keluargannya yang sakit dengan gejala panas tinggi yang tidak jelas sebabnya, disertai adanya tanda-tanda perdarahan. Penyakit ketiga yang menjadi catatan untuk diwaspadai masyarakat adalah Leptospirosis. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri leptospira dan ditularkan melalui hewan. Di Indonesia hewan yang dapat menularkan penyakit tersebut adalah tikus, melalui kotoran air kencingnya. Seseorang yang ada luka, kemudian bermain/terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran/kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut potensi terinfeksi dan akan jatuh sakit. Langka-langkah untuk mengantisipasi penyakit Leptospirosis adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan hindari bermain air pada saat banjir, terutama pada saat luka; Gunakan pelindung misalnya sepatu bila ke daerah banjir; dan Segera berobat ke sarana kesehatan apabila sakit dengan gejala panas tiba-tiba, sakit kepala disertai menggigil. Keempat adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), yang disebabkan oleh bakteri, virus dan berbagai mikroba lainnya. Gejala utama dari penyakit tersebut dapat berupa batuk, demam, dapat disertai sesak napas, nyeri dada. Penangganan penyakit ini dilakukan dengan cara, istirahat; pengobatan simtomatis sesuai gejala; meningkatkan daya tahan tubuh; menutup mulut ketika batuk dan tidak meludah sembarangan agar orang di sekitar tidak tertular oleh penyakit tersebut. Salah satu tempat yang dapat menimbulkan terjangkitnya penyakit ISPA adalah pengungsian, karena disana berkumpulnya banyak orang. Pada musim banjir yang menjadi masalah kesehatan lainnya adalah penyakit kulit, berupa infeksi atau alergi, karena kebersihan yang tidak terjaga dengan baik. Seperti pada ISPA, tempat berkumpulnya orang khususnya di pengungsian juga berperan dalam penularan infeksi kulit. Penyakit yang perlu diwaspadai masyarakat, yaitu penyakit saluran cerna seperti demam tifoid. Faktor kebersihan makanan memegang peranan penting dalam terjangkitnya penyakit tersebut. Selain itu dapat terjadi perburukan penyakit kronik yang memang sudah diderita, karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan yang menimbulkan banjir. Selain mengungkapkan 7 penyakit yang harus diwaspadai pada musim hujan ini, Prof. Tjandra mengingatkan kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), makan yang baik dan bersih, istirahat yang cukup dan senantiasa melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Adapun 5 titik kritis CTPS yang harus diperhatikan adalah, sebelum makan; sebelum mengolah makanan; setelah buang air besar (BAB); setelah menceboki anak dan setelah memegang benda di lingkungan yang kotor dan hewan.
Sumber : www.depkes.go.id

KEMENKES IMBAU MASYARAKAT UNTUK SELALU MENGKONSUMSI GARAM BERIODIUM


Sampai saat ini, dari target capaian 90%, baru 62,3% rumah tangga di Indonesia yang mengonsumsi garam beriodium (Riskesdas, 2007). Bahkan, dari sampel di 30 Kabupaten/Kota, hanya 24,5% rumah tangga yang menggunakan garam beriodium sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), yakni 30-80 ppm KIO3.
Demikian pernyataan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI, Dr. dr. Trihono, MSc, pada pembukaan Seminar Nasional Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) di Yogyakarta, Kamis pagi (29/11).
“Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) masih belum mencapai target, padahal pencegahannya relatif sangat mudah”, ujar Kabalitbangkes.
Kabalitbangkes menyebutkan, terdapat enam provinsi yang sudah mencapai target konsumsi garam beryodium, diantaranya Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Gorontalo, dan Papua Barat.
“Untuk Provinsi yang telah mencapai target, pendekatannya berbeda, jangan sampai terlalu tinggi konsumsi garam”, kata Kabalitbangkes.
Menjawab pertanyaan media, Kabalitbangkes menyatakan bahwa kendala untuk mengeliminasi kekurangan iodium salah satunya pengawasan pada produksi dan pemasaran garam beriodium. Untuk mencapai target 90 persen, bukan hanya Kemenkes yang memiliki peranan, melainkan sangat diperlukan keterlibatan aktif dari pihak lain, seperti petani garam, produsen, dan perindustrian.
“Pemasaran dan distribusi garam beriodium juga perlu diawasi. Garam yang dipasarkan harus mengandung iodium yang cukup, jangan sampai terlambat untuk mendistribusikan garam beriodium,” imbau Kabalitbangkes.
”Rencananya tahun depan riset kesehatan dasar tersebut akan kami tinjau kembali, apakah angkanya lebih baik atau lebih buruk,” tandas Kabalitbangkes.
Selanjutnya Staf Pusat GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. DR. Dr. Tjokorda Gede Pembayun Sp.PD.KEMD, mengungkapkan berbagai penyakit akibat gangguan kekurangan iodium, yaitu gangguan keterbelakangan mental, gondok, hipotiroid, keguguran, lahir mati, kelainan bawaan, kretin endemik, gangguan fungsi mental, dan hambatan perkembangan fisik.
“Apabila anak lahir dari ibu hamil yang kekurangan iodium dan berasal dari daerah kekurangan iodium. Bila tidak segera ditangani, dapat menyebabkan keterbelakangan mental”, tambahnya

Sumber : www.depkes.go.id

Perkuat Peran Daerah untuk Pembangunan Kesehatan


Pada 2013, sebanyak 83% dari total anggaran Kementerian Kesehatan ditujukan untuk daerah melalui dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, anggaran Unit Pelaksana Teknis (UPT) vertikal. Hal ini merupakan bukti komitmen Pemerintah Pusat dalam mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan di daerah, dalam rangka mencapai target yang telah ditetapkan. Demikian kutipan dari paparan Menteri kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, mengenai “Pembangunan Kesehatan di Indonesia 2012-2014” saat membuka secara resmi kegiatan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2013. Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Phd; para Pejabat Eselon I dan II Kemkes RI; dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Prof. Mardiasmo, Ak., MBA. Dalam paparannya, Menkes menjelaskan lima hal, antara lain: Capaian Pembangunan Kesehatan; Permasalahan dan Langkah Strategis dalam Upaya Percepatan Pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) 2015; Permasalahan dan Langkah Strategis dalam Persiapan Jaminan Kesehatan Nasional 2014; Reformasi Birokrasi; dan Peran Daerah dalam Pembangunan Kesehatan. Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2013 bertema “Dengan Semangat Reformasi Birokrasi, Percepat Pencapaian MDG dan Persiapan Jaminan Kesehatan Nasional”. Rakerkesnas 2013 bertujuan untuk menguatkan koordinasi dan sinergisme antara pemerintah pusat dan daerah dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan kesehatan guna mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 dan target Millenium Development Goals (MDGs), serta mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Sekretaris Jenderal Kemenkes RI, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, selaku Ketua Panitia Rakerkesnas 2013, menyatakan pelaksanaan Rakerkesnas dibagi menjadi 3 regional, yaitu: Regional Barat yang dilaksanakan di Jakarta pada 18-20 Maret 2013; Regional Tengah yang akan dilaksanakan di Surabaya pada 1-3 April 2013; serta Regional Timur yang akan dilaksanakan di Makassar pada 15-17 April 2013. Pelaksanaan Rakerkesnas 2013 juga diawali dengan Pra-Rakerkesnas (18/3), sehingga peserta dapat lebih fokus membahas berbagai permasalahan kesehatan di daerah. Direktur Jenderal Bina gizi dan Kesehatan Ibu-Anak, Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS, selaku Ketua Steering Committee Rakerkesnas 2013, menyatakan bahwa pelaksanaan Rakerkesnas 2013 menggunakan pendekatan yang agak berbeda dari Rakerkesnas sebelumnya. Pada kesempatan kali ini, peserta difokuskan untuk mendiskusikan dan berbagi pengalaman keberhasilan di daerah guna mempercepat pencapaian target MDGs di daerah masing-masing. Peserta akan dibagi menjadi 5 komisi yang masing-masing akan membahas topik, yaitu: 1) Percepatan MDG 1,4, dan 5; 2) Percepatan MDG 6,7 dan Penyakit tidak Menular (PTM); 3)Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan, serta pengawasan obat dan makanan; 4) Peningkatan Upaya Promotif, Preventif, Pemberdayaan masyarakat, dan komunikasi Publik; Kesiapan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan RPJMN 2014-2019; dan 5) Kesiapan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Wilayah Bebas Korupsi (WBK) serta Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Melaui Rakerkesnas ini, diharapkan Provinsi sebagai penyelenggara Pemerintahan di Daerah, mampu berperan aktif dan efektif sebagai koordinator penyelenggara pembangunan kesehatan di daerah masing-masing, agar upaya-upaya kesehatan dapat dilaksanakan secara optimal di daerah. Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, telah berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan cukup bermakna. Namun, di samping berbagai keberhasilan yang telah dicapai, masih banyak tantangan dan masalah kesehatan yang masih harus disikapi dan diatasi melalui kerja keras secara sungguh-sungguh dan bersama-sama antara jajaran kesehatan di tingkat pusat dan daerah.

Jaminan Kesehatan Nasional harus Diperkuat dengan Dukungan Primary Health Care yang Sedekat Mungkin dengan Pasien


Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) harus diperkuat dengan dukungan primary health care agar  upaya kesehatan  didukung oleh upaya promotif-preventif dan upaya kuratif ringan yang  sedekat mungkin dengan pasien.
Demikian sambutan Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, pada acara Annual Scientific Meeting 2013 dalam rangka Dies Natalis Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ke-67, di Yogyakarta (2/3). Hadir pada acara tersebut Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Prof. Dr.Teguh Aryandono, Sp.B (K).Onk. Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta dr. Sarminto, M.Kes, Para Guru Besar dan Narasumber, serta Civitas Academika Universitas Gadjah Mada.
Sementara itu, untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit harus dilakukan  penyesuaian  sistem pelayanan kesehatan dari konvensional menjadi  managed care suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang  (1) komprehensif dan menyeimbangkan antara kualitas pelayanan dengan pembiayaan kesehatan, (2) meliputi upaya promotif dan preventif, kuratif dan rehabilitatif, serta (3) menerapkan manajemen pengendalian utilisasi dan biaya serta program jaga mutu pelayanan kesehatan. Dengan demikian, pelayanan dan pembiayaan akan terintegrasi. Akan terjadi pula peralihan dari sistem fee for service menjadi kapitasi untuk jenjang pelayanan primer dan paket INA CBGs untuk jenjang pelayanan sekunder dan tersier. Hal ini akan menuntut institusi penyedia pelayanan kesehatan  lebih efektif dan efisien dalam melakukan pelayanannya. Kendali mutu dan kendali biaya yang  seimbang akan memacu rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang bermutu dengan biaya yang  terjangkau, tambah Menkes.
Upaya Pemerintah untuk menjamin mutu pelayanan kesehatan rumah sakit harus diikuti pula oleh semua praktisi perumahsakitan, termasuk  rumah sakit pendidikan. Dalam menyongsong dimulainya pelaksanaan JKN pada tahun 2014, Menkes minta  agar seluruh rumah sakit termasuk rumah sakit pendidikan melakukan langkah-langkah untuk mendapatkan akreditasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebab,  terpenuhinya jaminan mutu pelayanan melalui akreditasi  merupakan dasar bagi  BPJS untuk menentukan apakah suatu fasilitas pelayanan kesehatan memenuhi syarat atau tidak  untuk  dijadikan mitra dalam pemberian pelayanan jaminan kesehatan.
Pada kesempatan ini, Menkes juga mengingatkan tentang Konsensus Global Akuntabilitas Sosial Institusi Pendidikan Kedokteran pada  bulan Oktober 2010 di London, Inggris yang disepakati oleh 130 organisasi pendidikan kedokteran dari seluruh dunia. Konsensus global ini menyepakati bahwa untuk dapat dipertanggungjawabkan secara sosial, pendidikan profesi kedokteran dituntut untuk memperhatikan   hal-hal sebagai berikut : (1) Agar tanggap terhadap kebutuhan dan permasalahan pelayanan kesehatan di masyarakat saat ini  dan  di masa depan, (2) Agar pelayanan, pendidikan dan penelitian berorientasi  pada prioritas sesuai kebutuhan masyarakat, (3) Agar memperkuat tata kelola institusi pendidikan  dan memperkuat kemitraan dengan para pemangku kepentingan, (4) Agar  menggunakan sarana evaluasi dan akreditasi untuk menilai kinerja dan dampak mutu pendidikan.
Lebih lanjut, Menkes mengimbau  semua pihak yang terkait dalam  pendidikan profesi kedokteran di Indonesia dan mempersiapkan anak didiknya agar mampu mendedikasikan ilmu pengetahuan  dan ketrampilannya untuk  berperan aktif di era Jaminan Kesehatan Nasional. Tanamkanlah  kebanggaan pada  generasi penerus kita untuk  melayani dengan hati (pride to service). Budaya tolong menolong merupakan warisan leluhur kita yang harus kita lestarikan.
Menkes juga menginstruksikan semua rumah sakit yang digunakan sebagai wahana pendidikan tetapi belum ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan oleh Kementerian Kesehatan agar segera mengambil langkah  yang perlu  untuk ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan.
Dewasa ini, sebanyak   322 rumah sakit serta 16 rumah sakit  akademik  digunakan sebagai wahana pendidikan dari 72 fakultas kedokteran di tanah air. Seluruh fasilitas pelayanan kesehatan ini sedang disiapkan menjadi rumah sakit  pendidikan.  Saat ini ada 43 rumah sakit pendidikan  di seluruh Indonesia yang telah memenuhi persyaratan sesuai  Kepmenkes No. 1069 tahun 2008 tentang Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan, tambah Menkes.
Pada 1 Januari 2014, pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan  di Indonesia akan dimulai, Selanjutnya, akan dilakukan peningkatan cakupan jaminan kesehatan secara bertahap dan pada tahun  2019 akan terwujud Jaminan Kesehatan Semesta (Universal Health Coverage), sesuai  amanat Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial  (BPJS), jelas Menkes.
Menurut Menkes, saat ini pemerintah bersama masyarakat sedang melakukan persiapan pelaksanaan JKN  mencakup, penyiapan regulasi, pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana, sumber daya termasuk sumber daya manusia dan sosialisasi. Kelak, dengan terwujudnya jaminan kesehatan semesta, maka seluruh penduduk Indonesia akan mempunyai jaminan kesehatan yang berarti dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu tanpa kendala biaya. Oleh karena itu, akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu harus terpenuhi.
Sumber : www.depkes.go.id

Waspadai Darurat TB Baru


Dalam laporan WHO tahun 2012, di Indonesia diperkiraan ada sekitar 450.000 kasus Tuberkulosis (TB) dan sekitar 6.620 kasus kejadian Tuberkulosis Multi Drug Resistant (TB MDR). Satu kedaruratan lagi yang harus diwaspadai adalah kejadian Tuberkulosis Extensively Drug Resistant(TB XDR). Namun saat ini, situasi TB di Indonesia telah menunjukkan adanya penurunan dari prevalensi dan kematian akibat TB. Selain itu juga angka notifikasi kasus TB menunjukkan adanya peningkatan meskipun belum maksimal.
Demikian pernyataan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyakit Lingkungan, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp(K), MARS, DTM&H, DTCE, saat memberikan pengarahan pada Seminar Nasional Hari TB Sedunia 2013 di Jakarta (30/3).
Menurut Prof. Tjandra, Hal yang menggembirakan adalah tren angka keberhasilan pengobatan menunjukkan konsistensi di atas 90% selama beberapa tahun ke belakang.
“Benar, banyak hal telah dicapai. Sejak 1995, 20 juta orang diselamatkan dan 51 juta pasien disembuhkan. Sejak 2010, satu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya, angka kesembuhan mencapai 87%. Target MDGs untuk TB sudah tercapai sebelum waktu yang ditetapkan”, kata Prof. Tjandra.Lebih lanjut, Prof. Tjandra menyatakan bahwa keberhasilan Program Pengendalian TB di Indonesia juga ditunjukkan dengan apresiasi dari beberapa tokoh penting di dunia diantaranya adalah Sekjen PBB Ban Ki Moon melalui surat langsung kepada Presiden RI yang menyampaikan penghargaan atas upaya pengendalian TB di Indonesia pada tahun 2012. Selain itu, Indonesia merupakan negara pertama yang memperoleh penghargaan Champion Award for Exceptional Work in the Fight Againts TB diberikan oleh Global Health USAID kepada Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan RI atas upaya dalam Pengendalian TB atas keberhasilan pencapaian MDG, serta kepemimpinan dalam meningkatkan akses pasien serta membangun kemitraan.
“Akan tetapi, banyak hal dan permasalahan baru dan harus diwaspadai. Jika hal ini terlewatkan maka permasalahan TB akan kembali meningkat dan akan sulit terkendali”, tandas Prof. Tjandra.
Diterangkan, beberapa hal yang juga harus diwaspadai terkait permasalahan TB, diantaranya bahwa TB dapat menghambat pencapaian MDGs lainnya, seperti hubungan TB dengan kemiskinan dan angka kematian wanita. Kasus TB banyak dijumpai pada populasi miskin dan termarjinalkan. Kemiskinan akan menghambat akses terhadap layanan kesehatan, sanitasi dan pendidikan. Sementara itu, angka kematian wanita karena TB adalah 31.873 orang/tahun, sedangkan kematian akibat persalinan sebesar 10.488 orang/tahun. Hal ini yang seringkali tidak terungkap dalam fakta sehari-hari, sehingga mendorong upaya untuk meningkatkan akses pelayanan TB pada perempuan yang menderitaTB.
Selain itu, TB juga memiliki keterkaitan dengan Diabetes Mellitus (DM) dan Rokok. Satu hal yang penting juga adalah peningkatan angka prevalensi DM setiap tahunnya, sedangkan DM mempersulit pengobatan TB, manifestasi efek samping juga lebih sering dilaporkan pada pasien TB dengan diabetes. WHO merekomendasikan dilakukannya skrining diabetes pada pasien TB dan skrining TB pada pasien diabetes.
Sementara itu, hubungan TB dan rokok juga harus diperhatikan. Seperti diketahui bahwa peningkatan jumlah perokok terjadi pada wanita dan anak/remaja dari tahun ke tahun. Hal ini mendorong WHO mengeluarkan rekomendasi untuk melawan TB dan rokok.
Sumber : www.depkes.go.id

Bahaya memakai Sepatu Higheels! pilih tampil cantik apa sehat?


Bagi seorang wanita high heels atau sering disebut dengan sepatu hak tinggi memang bisa membantu meningkatkan rasa percaya diri mereka. Selain terlihat seksi dan menarik, dengan memakai high heels juga sangat menguntungkan bagi mereka yang kurang percaya diri dengan tinggi badannya. Akan tetapi high heels ini aman untuk kesehatan ????? Saat ini trend fashion high heels kembali populer. Bukan hanya model dan perempuan dewasa saja yang memakainya, namun para remaja pun sudah banyak untuk memakainya, dan mungkin anda juga adalah salah satunya.Sepatu bertumit tinggi ini memang dapat membuat kaki terlihat jenjang, betis padat, dan pantat pun semakin terangkat dan badan menjadi lebih tegak. Namun diantara kelebihan itu semua ternyata sepatu high heels dapat membahayakan kesehatan. 

Dan telah diungkapkan dalam penelitian tersebut bahwa high heels ini pada akhirnya mungkin akan cenderung membebani kaki mereka, dan akan mengubah posisi otot-otot sendi betis dan kaki, ini juga akan cenderung menimbulkan masalah seperti nyeri pada kaki, sakit punggung serta seumur hidup bisa berubah posturnya saat berjalan. Namun masalahnya tak hanya disitu saja, ada beberapa lagi masalah kesehatan yang sering disebabkan karena memakai sepatu high heels : 
  1. Kaki akan mudah cedera, terutama bagian pada engkel
  2. Otot kaki bagian bawah tidak akan bekerja maksimal.
  3. Peredaran darah tidak akan lancar dan terhambat pada beberapa tempat.
  4. Otot akan lebih mudah cedera dan berkumpul pada suatu tempat , karena aliran darah tidak lancar.
  5. Membuat badan cenderung condong ke depan, sehingga perlahan tapi pasti tulang punggung tidak akan tegak dan lurus lagi.
  6. Tekanan pada jari-jari kaki lebih besar, sehingga umumnya jari kaki akan berbengkok dan bentuknya pun tidal alami lagi seperti biasanya.
  7. Mempengaruhi ketidaklancaran sistem uregential, sistem pembuangannya tidak lancar, sulit membuang air besar maupun air kecil. 
  8. Mempengaruhi bentuk tulang dan postur tubuh. 
  9. Mempengaruhi kesuburan dan hasrat seksual.
  10. Dapat membuat jaringan syaraf antara jari ketiga dan keempat menebal.
  11. Biasanya tulang sendi di pangkal jempol kaki akan membesar.
  12. Otot-otot yang berada pada tumit belakang dan betis terus-menerus tegang, sehingga pembuluh darah menjadi tertekan dan akan menimbulkan kaki terserang penyakit varises.

Senin, 13 Mei 2013

LARANGAN PENGGUNAAN VITAMIN K DALAM PRODUK SUSU

Susu dan produk olahan susu merupakan produk pangan yang terkait erat dengan kehidupan sehari-hari
masyarakat. Pada produk susu dapat ditambahkan berbagai vitamin dan mineral yang memang diperlukan
tubuh, yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses metabolisme tubuh. Tanpa vitamin misalnya
manusia, tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan pada kekurangan vitamin dapat timbul keadaan
defisiensi vitamin yang ditandai dengan berbagai gejala .
Beberapa waktu lalu, peredaran produk susu yang diperuntukkan untuk umur tertentu dengan menambahkan
vitamin K semakin marak. Namun mengingat pola konsumsi pangan sehari-hari secara umum masih
mencukupi kebutuhan vitamin K, sehingga defisiensi vitamin K belum menjadi masalah kesehatan dan
bahwa vitamin K untuk tujuan tertentu pada produk pangan dapat membahayakan bila dikonsumsi oleh
penderita kelainan pada kekentalan darah, maka pada bulan Januari 2008 Badan POM mengeluarkan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.0256
LARANGAN PENGGUNAAN VITAMIN K
DALAM PRODUK SUSU
Tentang Larangan Penambahan Vitamin K Dalam Produk Susu. (Peraturan selengkapnya dapat dilihat pada website Badan POM : www.pom.go.id)

Diberdayakan oleh Blogger.