Demikian pernyataan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyakit
Lingkungan, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp(K), MARS, DTM&H,
DTCE, saat memberikan pengarahan pada Seminar Nasional Hari TB Sedunia
2013 di Jakarta (30/3).
Menurut Prof. Tjandra, Hal yang menggembirakan adalah tren angka
keberhasilan pengobatan menunjukkan konsistensi di atas 90% selama
beberapa tahun ke belakang.
“Benar, banyak hal telah dicapai. Sejak 1995, 20 juta orang
diselamatkan dan 51 juta pasien disembuhkan. Sejak 2010, satu hal yang
belum pernah terjadi sebelumnya, angka kesembuhan mencapai 87%. Target
MDGs untuk TB sudah tercapai sebelum waktu yang ditetapkan”, kata Prof.
Tjandra.Lebih lanjut, Prof. Tjandra menyatakan bahwa keberhasilan
Program Pengendalian TB di Indonesia juga ditunjukkan dengan apresiasi
dari beberapa tokoh penting di dunia diantaranya adalah Sekjen PBB Ban
Ki Moon melalui surat langsung kepada Presiden RI yang menyampaikan
penghargaan atas upaya pengendalian TB di Indonesia pada tahun 2012.
Selain itu, Indonesia merupakan negara pertama yang memperoleh
penghargaan Champion Award for Exceptional Work in the Fight Againts TB diberikan oleh Global Health USAID
kepada Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan RI atas upaya
dalam Pengendalian TB atas keberhasilan pencapaian MDG, serta
kepemimpinan dalam meningkatkan akses pasien serta membangun kemitraan.
“Akan tetapi, banyak hal dan permasalahan baru dan harus diwaspadai.
Jika hal ini terlewatkan maka permasalahan TB akan kembali meningkat dan
akan sulit terkendali”, tandas Prof. Tjandra.Diterangkan, beberapa hal yang juga harus diwaspadai terkait permasalahan TB, diantaranya bahwa TB dapat menghambat pencapaian MDGs lainnya, seperti hubungan TB dengan kemiskinan dan angka kematian wanita. Kasus TB banyak dijumpai pada populasi miskin dan termarjinalkan. Kemiskinan akan menghambat akses terhadap layanan kesehatan, sanitasi dan pendidikan. Sementara itu, angka kematian wanita karena TB adalah 31.873 orang/tahun, sedangkan kematian akibat persalinan sebesar 10.488 orang/tahun. Hal ini yang seringkali tidak terungkap dalam fakta sehari-hari, sehingga mendorong upaya untuk meningkatkan akses pelayanan TB pada perempuan yang menderitaTB.
Selain itu, TB juga memiliki keterkaitan dengan Diabetes Mellitus
(DM) dan Rokok. Satu hal yang penting juga adalah peningkatan angka
prevalensi DM setiap tahunnya, sedangkan DM mempersulit pengobatan TB,
manifestasi efek samping juga lebih sering dilaporkan pada pasien TB
dengan diabetes. WHO merekomendasikan dilakukannya skrining diabetes
pada pasien TB dan skrining TB pada pasien diabetes.
Sementara itu, hubungan TB dan rokok juga harus diperhatikan. Seperti
diketahui bahwa peningkatan jumlah perokok terjadi pada wanita dan
anak/remaja dari tahun ke tahun. Hal ini mendorong WHO mengeluarkan
rekomendasi untuk melawan TB dan rokok.Sumber : www.depkes.go.id
Assalamu'alaikum wr wb kami mohon maaf atas nama admin, bahwa kami tidak bisa mengakses blog ini lagi, segala sesuatu mengenai isi dan tulisan blog ini belum bisa di jamin kebenarannya,
BalasHapusmohon utk *tidak atau dilarang mengunjungi lagi, serta mengcopy dan menyebar luaskan atau mengambil manfaat apapun isi dari blog ini*
dan kami mohon maaf sebesar2 jika mungkin ada tulisan anda yang kami comot di blog ini
kami berharap blog ini bisa di hapus segera mungkin, karena tidak bisa menjamin informasi yang benar